Gol A Gong dan Kisah Rumah Dunia
Sukses dengan Karyanya tidak membuat sosok muda ini diam begitu saja dalam dunia penulisan. Mulai pertengahan bulan Maret 2004, dibuka toko buku bernama Kedai Buku Jawara.Di tempat itulah anak-anak berusia lima hingga belasan tahun terlihat membaca, mendongeng, menulis, menggambar hingga latihan teater. Semua kegiatan dikemas dalam bentuk wisata.Meskipun menyadari buah dari kerja kerasnya mungkin baru akan menunjukkan hasil 20 tahun lagi, dia sangat yakin kunci pembentukan generasi baru adalah membaca. “Kalau budaya membaca ini bisa diterapkan di seluruh rumah, bangsa ini akan cepat mencapai kemajuan. Pemimpin Banten harusnya memanfaatkan momentum (sebagai provinsi baru) untuk membikin gerakan ’Banten membaca’,” kata laki-laki kelahiran Purwakarta, 15 Agustus 1963, yang dibesarkan di Serang, Banten, itu.
Ketika Gola Gong mulai membuka perpustakaan keluarga untuk masyarakat pada tahun 1990-an, pada saat bersamaan dia juga merintis penerbitan tabloid bulanan berbasis komunitas, yaitu Banten Pos (1993) dan Meridian (2000). Dua tabloid itu hanya bertahan enam bulan. “Saya diancam petugas dengan pistol di atas meja jika tidak menghentikan penerbitan tabloid,” ujar ayah dari Nabila Nurkhalisah (7), Gabriel Firmansyah (6), dan Jordi Al-Ghifari (2 bulan) itu. Semua itu tidak menghentikan langkahnya untuk terus menyalakan perubahan melalui gerakan baca-tulis.
Pada bulan Maret 2002, perpustakaan yang sudah dibuka untuk umum sejak tahun 1990-an itu diberi nama Pustakaloka Rumah Dunia dengan singkatan PRD. Dia mengakui mendompleng akronim Partai Rakyat Demokratik (PRD). “Ternyata sangat dahsyat selling point (nilai jual)-nya walaupun gara-gara itu kami juga sempat dicap aktivis PRD betulan,” kata Gola Gong.
Ketika Gola Gong mulai membuka perpustakaan keluarga untuk masyarakat pada tahun 1990-an, pada saat bersamaan dia juga merintis penerbitan tabloid bulanan berbasis komunitas, yaitu Banten Pos (1993) dan Meridian (2000). Dua tabloid itu hanya bertahan enam bulan. “Saya diancam petugas dengan pistol di atas meja jika tidak menghentikan penerbitan tabloid,” ujar ayah dari Nabila Nurkhalisah (7), Gabriel Firmansyah (6), dan Jordi Al-Ghifari (2 bulan) itu. Semua itu tidak menghentikan langkahnya untuk terus menyalakan perubahan melalui gerakan baca-tulis.
Pada bulan Maret 2002, perpustakaan yang sudah dibuka untuk umum sejak tahun 1990-an itu diberi nama Pustakaloka Rumah Dunia dengan singkatan PRD. Dia mengakui mendompleng akronim Partai Rakyat Demokratik (PRD). “Ternyata sangat dahsyat selling point (nilai jual)-nya walaupun gara-gara itu kami juga sempat dicap aktivis PRD betulan,” kata Gola Gong.
Subscribe Our Newsletter
Belum ada Komentar untuk "Gol A Gong dan Kisah Rumah Dunia"
Posting Komentar